Topeng monyet adalah salah satu kesenian tradisional yang terkenal di berbagai daerah di Indonesia.pertunjukan ini juga dapat di jumpai di India,Pakistan,Thailand,Vietnam,cina,Jepang, dan Korea.jenis kesenian ini melibatkan pawang yang melatih monyet nya agar dapat menirukan tingkah laku manusia seperti menaiki motor-motoran,pergi berbelanja,berdandan,dan berganti baju.monyet yang di gunakan di Indonesia umumnya adalah spesies macaca fascicularis. Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan oleh satu atau beberapa orang. Alat musik yang dimainkan biasanya berupa gendang kecil yang dimainkan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tali pengikat monyet. Pertunjukan ini dimainkan secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan permukiman. Penontonnya kebanyakan anak-anak. Karena itu, kedatangan rombongan topeng monyet selalu disambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak ini menjadi rezeki bagi rombongan topeng monyet. Uang saweran dari warga merupakan sumber nafkah mereka menghidupi keluarga.
Namun ada juga sebagian orang yang menganggap kesenian topeng monyet ini adalah aksi kekerasan terhadap hewan.seperti yang di kutip oleh detiknews.com (Minggu,18/09/11) sejumlah WNA yang tinggal di Jakarta mengatas namakan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) melakukan aksi unjuk rasa di Monas,Balaikota,dan Bundaran Hotel Indonesia.selain menyiksa binatang mereka juga beranggapan bahwa topeng monyet mengganggu ketertiban umum,topeng monyet hanya modus untuk mengemis di jalan seperti yang di utarakan oleh juru bicara JAAN Benfika di sela-sela aksi bundaran HI Jl MH Tamrin Jakarta.
Aksi yang dilakukan oleh JAAN ada benarnya juga mengingat aksi yang di lakukan oleh si monyet yang mungkin saja sewaktu-waktu bisa mencakar atau menggigit orang yang berada di dekatnya untuk menonton utamanya anak-anak.dalam penelitian yang di lakukan oleh Lisa Jones Engel dan kawan-kawan dari pusat penelitian primata,University Of Washington,Amerika Serikat yang memeriksa darah dari dua puluh kera di Jakarta.mereka menemukan bahwa sekitar setengah kera-kera yang di periksa tersebut positif terkena simian foamy virus (SFV) yang dapat menular terhadap terhadap manusia yang secara tipikal bergerak perlahan dari dalam tubuh inangnya,sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun bagi dokter untuk mengetahui dampak virus tersebut.
Tapi pada hakikatnya kita juga harus bersikap realistis terhadap pawang-pawang topeng monyet mungkin mereka memang menyiksa monyet-monyet tersebut tapi mereka melakukan itu semata-mata untuk mencari uang untuk bertahan hidup di kerasnya kota Jakarta.apabila topeng monyet di tutup mereka pastilah tidak mempunyai pekerjaan lagi,para WNA seharusnya juga mengerti kondisi hal tersebut sebelum melakukan aksinya di Jakarta memang di negeri asal mereka segi kehidupan sudah layak atau maju ketimbang Indonesia yang notabennya adalah negara berkembang di balik semua masalah pengangguran yang masih banyak terselip pr di dalamnya. Melihat kondisi ini siapa kah yang pantas di salahkan ?masalah pengangguran bukan lah semata-mata pekerjaan pemerintah saja,tetapi tugas kita bersama.mungkin lain cerita jika monyet-monyet tersebut di lindungi di habitat aslinya sehingga tidak cenderung di manfaatkan oleh manusia-manusia yang tidak mau "berkreatif" diri.
Aksi yang dilakukan oleh JAAN ada benarnya juga mengingat aksi yang di lakukan oleh si monyet yang mungkin saja sewaktu-waktu bisa mencakar atau menggigit orang yang berada di dekatnya untuk menonton utamanya anak-anak.dalam penelitian yang di lakukan oleh Lisa Jones Engel dan kawan-kawan dari pusat penelitian primata,University Of Washington,Amerika Serikat yang memeriksa darah dari dua puluh kera di Jakarta.mereka menemukan bahwa sekitar setengah kera-kera yang di periksa tersebut positif terkena simian foamy virus (SFV) yang dapat menular terhadap terhadap manusia yang secara tipikal bergerak perlahan dari dalam tubuh inangnya,sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun bagi dokter untuk mengetahui dampak virus tersebut.
Tapi pada hakikatnya kita juga harus bersikap realistis terhadap pawang-pawang topeng monyet mungkin mereka memang menyiksa monyet-monyet tersebut tapi mereka melakukan itu semata-mata untuk mencari uang untuk bertahan hidup di kerasnya kota Jakarta.apabila topeng monyet di tutup mereka pastilah tidak mempunyai pekerjaan lagi,para WNA seharusnya juga mengerti kondisi hal tersebut sebelum melakukan aksinya di Jakarta memang di negeri asal mereka segi kehidupan sudah layak atau maju ketimbang Indonesia yang notabennya adalah negara berkembang di balik semua masalah pengangguran yang masih banyak terselip pr di dalamnya. Melihat kondisi ini siapa kah yang pantas di salahkan ?masalah pengangguran bukan lah semata-mata pekerjaan pemerintah saja,tetapi tugas kita bersama.mungkin lain cerita jika monyet-monyet tersebut di lindungi di habitat aslinya sehingga tidak cenderung di manfaatkan oleh manusia-manusia yang tidak mau "berkreatif" diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar